Jumat, 22 Mei 2020

IQRA

RAHMAT LIL ALAMIN ADALAH PAST TENSE Bismillahi Rahmani Rahiim
Mangakhiri Ramadhan kali ini saya mengambil kesempatan untuk menyampaikan analisa saya apa yang terjadi sesaat setelah diturunkannya ayat pertama Al Quran 14 abad yang lalu.
Kita semua tahu bahwa Ayat pertama dalam Al Quran adalah,( Q 1:1) kita semua juga tahu bahwa ayat pertama yang diturunkan Allah SWT adalah: Iqra bismirobbika ladzi khalaq. Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Q 96:1.
Puluhan tahun saya memahami perintah membaca ini secara ringan saja karena dimasa hidup saya ini membaca dan menulis sudah kegiatan sehari hari bagi hampir seluruh warga, bahkan dengan adanya internet semakin luas jangkauan membaca dan menulis. Tetapi betulkah begitu ringan disaat ayat itu diturunkan? Dalam hal baca tulis apakah saat itu suatu hal yang sehari hari terjadi? Saya rasa tidak demikian. Dimasa itu bahkan Rasulullah SAW yang waktu itu sudah cukup terpandang di negerinya tidak bisa membaca ( ummi). Manalagi masyarakat selebihnya? Dengan kata lain perintah membaca ke masyarakat yang buta huruf adalah suatu hal yang aneh namun sekaligus dikenyataannya kelak adalah suatu komando umum untuk membangun masyarakat baca tulis. Kenapa demikian? Karena perintahnya secara harafiyah adalah membaca ( kemudian mengamalkan) ayat ayat Quran yang akan diturunkan berikutnya.Tetapi apa akibatnya bila semua orang disaat itu harus membaca Al Quran? Yang jelas semua orang harus belajar membaca dan dengan sendirinya belajar menulis. Akibatnya dengan kemampuan membaca dan menulis ada di semua orang sehari hari ,kemampuan itu dimanfaatkan dimana diperlukan untuk berkomunikasi dan selanjutnya melewati zaman dan ruang terbukti sangat bermanfaat buat kemajuan peradaban manusia, lil aalaamiin. Bagaimana dengan dengan bangsa bangsa diuar Mekkah disaat itu? Apakah kita bisa bilang sudah ada peradaban masyarakat baca tulis di saat itu. Bersamaan dengan turunnya al Quran sedang berjaya jayanya peradaban Romawi dan Persia ( yang kemudian keduanya kelak ditaklukan oleh kaum muslim yang baru saja berkembang) tetapi sampai sekarang belum ada bukti tingkat literasinya cukup tinggi untuk disebut masyarakat baca tulis karena kemampuan itu hanya dimiliki oleh cerdik pandai di masing masing negeri ( biasanya pemuka agama) bahkan Kaisarpun belum tentu bisa baca tulis, selalu didampingi juru tulis disaat diperlukan. China mungkin literasinya lebih tinggi namun tetap saja terbatas di kaum elite ( Mandarin).
Apakah sampai disitu saja? Tidak juga, Al Quran juga merinci soal pembagian warisan ( Q 4:11-12 ) dimana disana disebutkan soal perhitungan tambah kurang, bagi , kali yang agak rumit yang secara tidak langsung mengajarkan ilmu berhitung bagi kaum muslimin pertama yang ahirnya buat seluruh umat manusia dan sekarang bersama ilmu membaca, menjadi ilmu dasar sitim pendidikan di mana mana. Sampai disitu? Tidak juga dan ini yang paling membuat saya terperangah mensyukuri nikmat Allah bagi seluruh umat manusia. Allah SWT memerintahkan kontrak ( Q 2 : 282 ), ya kontrak seperti yang dilakukan oleh bisnis kecil maupun raksasa. Boleh dibilang sejak jaman peradaban literasi dunia dibangun oleh kerja sama yang diikat oleh kontrak. Proyek besar mana yang tidak dibangun oleh kontrak? Apollo? Freeport? International Space station Bendungan Aswan, bendungan Jatiluhur semua hanya bisa lancar berkat kontrak, tak perlu contoh sebenarnya karena ada dimana mana termasuk Anda kemungkinan besar pernah melakukannya. Dan tentu saja itu membutuhkan platform masyarakat baca. Bagi saya sekarang jelas arti harafiah dari Rahmat lil Alamin, Rahmat bagi semua manusia. Andai saja dunia menyadari betapa besar hutang mereka pada Al Quran.
Jakarta 29 Ramadan 1441. Selamat hari Raya Iedul Fitri bagi yang merayakan. Mohon maaf lahir bathin.